Di tengah semakin terbatasnya ruang terbuka di kawasan permukiman, upaya sederhana warga kembali menegaskan bahwa ketahanan pangan nasional dapat diperkuat lewat langkah-langkah kecil di sekitar rumah. Sisa kintal yang selama ini dibiarkan menganggur, kini bertransformasi menjadi ruang produktif dengan berbagai tanaman pangan, pada Kamis 27 November 2025
Pemanfaatan lahan sempit tersebut dilakukan secara mandiri dengan menyesuaikan ruang yang tersedia. Tanaman pangan serta tanaman cepat panen menjadi pilihan utama karena perawatannya mudah dan mampu memberikan hasil dalam waktu relatif singkat. Meski skalanya tidak besar, warga menyadari bahwa produksi kecil-kecilan ini memberikan kontribusi nyata dalam memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari.
Selain menambah ketersediaan bahan pangan segar, inisiatif ini turut membantu efisiensi pengeluaran rumah tangga. Warga tidak lagi sepenuhnya bergantung pada pasokan pasar untuk kebutuhan harian tertentu. Lebih jauh, aktivitas bercocok tanam di lahan sempit ikut mendorong kesadaran lingkungan dan menghidupkan kembali budaya swasembada—kearifan lokal yang sejak lama mengakar di tengah masyarakat.
Dalam cakupan lebih luas, gerakan memanfaatkan lahan tidur di sekitar rumah menjadi bentuk partisipasi nyata masyarakat dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Langkah kecil ini sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat kemandirian pangan yang berawal dari tingkat keluarga. Melalui pemanfaatan kintal sendiri, warga membuktikan bahwa keberlanjutan pangan tidak selalu bergantung pada program besar, tetapi juga pada kesadaran kolektif dan aksi konsisten di tingkat akar rumput.
Inisiatif sederhana namun berdampak ini menjadi pengingat bahwa ketahanan pangan dapat tumbuh dari ruang-ruang kecil yang sebelumnya luput dari perhatian. Dari sisa kintal yang menganggur, lahir kontribusi nyata bagi ketahanan pangan keluarga dan, pada akhirnya, bagi kemandirian
Liputan:Laode billy

Komentar0